Selasa, 25 November 2008

Pengembangan Sistem Usaha Jasa Telekomunikasi Pedesaan Memanfaatkan Teknologi
Perkembangan jasa telekomunikasi memainkan peran penting dalam memicu perkembangan kondisi sosial dan ekonomi suatu wilayah. Sayangnya, perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia yang semakin marak sejak ditemukannya teknologi “wireless-phone”, masih terpusat kawasan perkotaan. Sebaliknya, dari total 67.000 desa di seluruh Indonesia, sebanyak 43.000 desa belum memiliki akses telekomunikasi apapun. Padahal, 80% wilayah Indonesia adalah wilayah pedesaan. Persoalan ini menjadi keprihatinan Dr. Ir. Joko Siswanto MPA, ahli manajemen inovasi bisnis pada Program Studi Teknik Industri ITB. Tidak berhenti pada tatar keprihatinan semata, Dr Joko Siswanto bersama tim riset ICT ITB berupaya memberikan sumbangsih dalam bentuk solusi nyata yang manfaatnya langsung dirasakan masyarakat. Berawal dari inventory IP PBX tahun 2003, Joko Siswanto memimpin tim riset yang merancang sistem dan skema bisnis teknologi komunikasi pedesaan berkelanjutan. Penelitian yang terpilih sebagai riset unggulan ITB ini bernama Rular Next Generation Network (R-NGN). R-NGN yang berbasis teknologi 4G dikembangkan dengan menerapkan lima jenis teknologi sekaligus yaitu, Internet Protocol (IP), Multimedia, Wireless Ethernet Bridge, Soft-Switch, dan Sistem DSP (Langi, 2006). R-NGN mampu menyediakan layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mulai dari telepon, sms, akses internet dan layanan multimedia bertarif murah bagi daerah pinggiran yang saat ini belum terjangkau jaringan telekomunikasi manapun. Menurut Joko Siswanto, skema pemanfaatan R-NGN bagi pemberdayaan ekonomi pedesaan yang paling tepat adalah dengan sistem franchise yang terbagi dalam tiga tahap yakni inisiasi awal (initiation), tahap perkembangan (development), dan tahap perbanyakan (replication). Tahap pertama dan kedua telah diterapkan di Kawasan Punclut, Bandung Utara yang sejak tahun 2004 ditetapkan sebagai ‘a smart community test-bed’. Aplikasi yang lebih luas (tahap tiga) akan terlaksana kira-kira bulan Maret mendatang di Kabupaten Subang. Disini R-NGN akan dikelola oleh koperasi masyarakat sehingga diharapkan berkembang menjadi unit usaha lokal. Joko Siswanto menambahkan bahwa skema bisnis yang bertujuan untuk menumbuhkan wirausahawan lokal ini, akan berkembang maksimal jika masyarakat sebagai local entrepreuners mendapatkan dukungan dari segenap stakeholder. Stakeholder yang dimaksud adalah pemerintah yang memiliki kewenangan dalam aspek regulasi, provider telekomunikasi, universitas (ITB) yang dapat memberikan pembinaan teknis dan bantuan permodalan dari bank atau lembaga kredit keuangan. Publikasi riset ini diataranya dalam Proceeding of International Conference on Rural Information and Communication Technology 2007, Bandung, 6-7 Agustus 2007. Menyusul dalam Proceeding of International Conference of APIEMS 2007, 10-12 Desember 2007 mendatang. Rencananya dalam publikasi ilmiah di Taiwan ini, R-NGN akan disajikan dalam dua makalah yang masing-masing membahas tentang model keputusan peremajaan teknologi di kawasan pinggiran (rural), dan model sistem seleksi ERP untuk perusahaan telepon R-NGN di pedesaan. (Kristiono)

Tidak ada komentar: